Selasa, 13 November 2007

studi kritik realita pendidikan di indonesia & telaah tafsir tematik


Allah swt berfirman :

Sungguh Allah telah memberikan nikmat kepada kaum mu'minin ketika mengutus di tengan tengah mereka seorang Raasul dari kalangan mereka, membacakan kepada mereka ayat ayatNya, mentazkiyah [mensucikan] mereka, dan mengajari mereka al-kitab dan al-hikmah dan sungguh sebelumnya mereka dalam kesesatan yang nyata. (Ali Imran:164)

Dalam ayat ini Allah swt menyebutkan nikmat yang paling besar kepada manusia, yaitu diutusnya Rasulullah Muhammad saw dari kalangan mereka sendiri, yang melakukan tarbiyah terhadap umatnya. Kenikmatan itu tampak jelas, jika dilihat dari kondisi pra dan pasca diutusnya Rasul. Sebelum beliau diutus sebagai Rasul umat manusia dalam kondisi sesat yang nyata, kebodohan, cerai berai, lemah, setelah merasakan da'wah dan tarbiyah Nabi, mereka menjadi qodatul umam, pemimpin pemimpin umat, padahal sebelumnya hanya sebagai ru'aatul ghonam penggembala kambing. Dengan tarbiyah Islamiyah, mereka mendapatkan petunjuk dan menjadi pembawa hidayah, pemimpin, imam umat manusia yang sangat penyayang, mereka sebaik baik manusia, yang dipersembahkan kepada segenap alam semesta, sebagaimana FirmanNya:

Kalian adalah sebaik baik ummat yang dipersembahkan kepada manusia, kalian memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran:110)

Produk tarbiyah Nabi, adalah umat terbaik yang melakukan dan memerintahkan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, dan melarang manusia dari kemungkaran, menjadi ustadz alam semesta, dalam ilmu sarana maupun orientasi hidup, menjadi pemimpin yang menempatkan diri sebagai khodimul pelayan ummah. Kebaikan mereka bukan hanya terbatas pada diri mereka, melainkan mampu melahirkan keturunan dan mencetak generasi seperti mereka, sehingga berhasil mendirikan kekhilafahan yang membawa rahmat, wilayah mereka mencapai lebih dari dua pertiga dunia, mencakup benua Asia, Afrika, Eropa, mereka mewariskan peradaban besar yang tergambar dalam madaniyyah, kemajuan tekhnologi dan tsaqofah [budaya dan pemikiran] yang belum ada tandingannya.

Tarbiyah dalam Islam mencakup pemeliharaan, penjagaan, pengembangan fitrah manusia secara utuh menyeluruh dan mengarahkannya agar mampu menjalankan tugasnya sebagai kholifah fil ardhi secara sempurna. Untuk mendukung ini digunakan segala strategi dan methodology serta pendekatan yang komprehensif.

Tarbiyah Islamiyah mencakup tarbiyah imaniyah, untuk membentuk iman yang kuat, istiqomah dalam amal shaleh, menjaga diri dari kemaksiatan, dan segera kembali kepada ketaatan dan kebenaran ketika tergelincir ke dalam maksiat atau kesesatan. Tarbiyah nafsiyah, sehingga memiliki jiwa besar, berani menghadapi resiko dalam perjuangan mencari, mengamalkan dan mendakwahkan kebenaran. Tarbiyah 'aqliyah fikriyah sehingga cerdas berfikir dan bersungguh sungguh dalam mencari kebenaran tidak terbelenggu dalam taqlid buta.

Insan muslim yang telah mendapatkan sentuhan tarbiyah Islam dituntut memiliki sifat sifat yang sangat mulia diantara :

1- Rabbaniyah.(QS Al Imran ayat : 79)

Rabbaniyah, berasal dari kata Rabb. Yang dimaksudkan rabbaniyah adalah sifat kedekatan dengan Allah, orientasi hidupnya ridha Allah, manhajnya syariat Allah, selalu dalam aktifitas tarbiyah dan menta'limkan Al-Qur'an, fikiran dan pandangan manusia tak lepas dari apa yang dibacanya. Insan yang telah mendapat sentuhan tarbiyah akan berfikir bersikap Qur'ani, karena Al-Qur'an sebagai teman hidupnya, Allah berfirman:

sesungguhnya orang membaca kitab Allah menegakkan shalat, dan menginfaqkan apa yang Kami rizkikan kepada mereka secara sembunyi atau terang terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. (Fathir:29)

Dengan rabbaniyah konsistensi selalu terjaga karena ia berbuat baik bukan karena manusia atau materi, melainkan karena Allah yang kekal. Ia berbuat baik meninggalkan perbuatan maksiat dalam kondisi bersama orang, maupun sendirian. Berinfaq di jalan kebaikan dalam kondisi senang maupun susah, berjihad dalam kondisi sulit maupun longgar. Ukhuwah Islamiyah selalu terpelihara walaupun dalam kondisi sulit bahkan kesetiaan akan terbuktikan dalam kondisi sulit.

2- Ulul Albab.( QS Ali Imran ayat 191-200, QS Az-Zumar ayat 17-18)

Insan yang telah mendapat sentuhan tarbiyah akan menjadi ulul albab sebagaiman yang didifinisikan dalam Al-Qur'an, yaitu orang yang menggunakan potensi akal dan hatinya secara sempurna, selalu memadukan antara dzikir dan fikir, mendengar semua yang baik, dan mengikuti yang terbaik, menjauhi thaghut, kembali kepada Allah dalam segala urusan, bertaqwa kepadanya, akalnya selalu mendorongnya berbuat baik, dan menahannya dari perbuatan buruk.

Ulul albab adalah orang yang banyak membaca ilmu pengetahuan, dengan nama Allah, karena Allah, dan untuk Allah, maka ilmunya adalah ilmu yang bermanfaat. Ulul albab, berfikir logic tidak khurofat, berfikir obyektif tidak emosional, self kritik tidak apologic, berfikir kolektif tidak individual, inofatif tidak jumud.

3- Ibadurrahman.(QS Al Furqan ayat : 63-77)

Diantara sifat insan yang telah mendapat sentuhan tarbiyah, ia akan menjadi 'ibadur Rahman, yaitu menempatkan dirinya sebagai hamba Ar-Rahman yang Maha Berkuasa dan Maha Penyayang, maka ia bersikap tawadzu', tidak melayani kebodohan tingkah laku jahil, berhemat dalam infaq, meninggalkan segala perbuatan dosa, tidak bersaksi dosa, tidak ngrumpi dengan orang yang senda gurau, serius dalam hal-hal yang harus serius, membina keluarga sehingga menjadi qudwah yang baik untuk masyarakat.

Diantara yang penting dalam tarbiyah Islam adalah transformasi nilai [value] rabbaniyah yang diambil dari Allah swt yang Maha Benar, Maha kekal, Maha sempurna, menanamkan kebenaran, kebajikan, kekekalan adalah yang dikatakan oleh Allah dalam segala hal pemikiran maupun perbuatan, melakukan labelisasi sesuai yang Allah labelkan, dengan demikian tarbiyah Islam dan insan yang telah tertarbiyah akan membawa nilai yang kokoh dalam kehidupan dan memarketisasi nilai-nilai robbaniyah dalam kehidupan sehingga menjadikan mutarobby mengenal kebenaran, mencintainya, bahagia dalam melaksanakannya, marketisasi serta lebelisasi ini masuk dalam semua ranah pemikiran, perbuatan, sikap, ekonomi, sosial, budaya, politik .

Dari labelisasi, murobby dan mutarobbi akan melihat baik dan indah hubungan Robbaniyah dengan Allah dengan ubudiyahnya, dengan manusia dengan adil dan ihsannya, dengan alam semesta dengan penjagaan, pemeliharaan, dan pemberdayaanya, dengan kehidupan dengan spirit ia sedang diuji untuk melakukan hal yang terbaik dalam sikap dan tingkah laku, dengan akherat dengan kesadaran adanya pertanggungan jawaban dan balasan atas semua gerak geriknya.

Perangkat tarbiyah Islam bukan sekedar transformasi ilmu an sich, tapi mencakup tilawah ayat ayat Allah, tazkiyah, ta'lim kitab dan sunnah, dan ta'lim seluruh ilmu yang bermanfaat.

Tilawah ayat ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang tersirat dalam diri maupun ufuq langit dan bumi, untuk memahami maping ilmu pengetahuan, dan membuktikan kebenaran aqidah, bahwa aqidah harus di dasarkan atas ilmu dan ilmu menguatkan aqidah, aqidah mendorong pengembangan ilmu pengetahuan untuk menjadi instrument penting dalam implementasi aqidah dalam kehidupan.

Tazkiyah, berarti mensucikan diri, dan mengembangkan, mensucikan jiwa dari segala yang merusak insaniyyatul insan, dan menumbuhkan segala hal yang mengembangkan insaniyyatul insan, dengan tazkiyah sesorang selalu lebih baik, lebih maju dalam ilmu dan amal.

Ta'limul kitab dan hikmah adalah ta'lim konsep hidup, sarana hidup dan startegi yang tepat untuk mengamalkan ilmu, agar sesuai dengan idialis Islam, dan yang paling tepat dalam mengamalkan Islam adalah Rasulullah maka hikmah tak lepas dari sunnah Nabi saw.

Demikian idialitas tarbiyah Islam, melihat ustadz (murabby) yang baik, murid (mutarabby) yang baik adalah yang menguasai dan memahami ilmu yang benar dan mampu mengamalkan ilmu, dan membimbing orang lain dengan ilmu, tersebut.

Dari muatan tarbiyah islamiyah difahami bahwa tarbiyah mencakup transfer ilmu, iman, skill, dan hal itu menuntut agar guru memiliki idealitas dan integritas yang tinggi sehingga pantas menjadi panutan dan contoh. Kemudian ustadz atau guru mampu menyatu dengan para siswa atau mutarabby, mereka belajar ilmu dan amal, kecerdikan dan adab. Hal itu terungkap dari ungkapan para ulama dulu tentang guru mereka, murid imam Malik berkata : kami belajar adab sebelum belajar ilmu, kami membutuhkan adab sebelum ilmu, kami mengambil adab imam Malik sebagaimana mengambil ilmu. Ketika Mu'adz bin Jabl ra menghadapi sakaratul maut para muridnya menangis, ketika Muadz bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian menangis?” Mereka menjawab, “Kami bukan menagisi harta yang selama ini kami dapatkan dari anda, tapi kami menangisi ilmu dan iman.”.

Dan kalau melihat realita pendidikan Indonesia, kita dapatkan bahwa pendidikan ditekankan pada sisi wasailul hayah [sarana hidup], sedang ilmu yang berkaitan dengan orientasi hidup sangat dikesampingkan, sistim evaluasi, hanya difokuskan dalam sisi kognitif, adapun masalah afektif dan pshicomotorik dimarjinalkan. Cukuplah bukti bahwa seorang mahasiswa dapat nilai cum laude walaupun moral akhlaq dan pemikirannya sangat destruktif, cukuplah mengiris hati jika hasil survey di berbagai sekolah menengah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa lebih dari 60 % para siswa dan mahasiswa memandang hubungan sex pra nikah tidak menjadi masalah. Lebih dahsyat bahwa kerusakan moral sudah melanda dikalangan pengambil kebijakan public DPR, maupun birokrat, perselingkuhan, korupsi sudah dianggap hal yang biasa.

Pemikiran distruktif terhadap aqidah Islam dan syari'atnya tak asing lagi didengar di perguruan tinggi, bahkan di pasca sarjana. Dengan alasan studi kritis digunakan teori hermeunetika untuk mengkritik keotentikan Al-Qur'an. Dengan mengkultuskan teori tanpa didahului dengan kritik terhadap teori tersebut, sangat naif manakala yang menjadi sasaran kritik adalah aqidah, moral dan hukum yang disepakati oleh para ulama dan landasannya pun jelas. Dan hal itu menunjukkan kebodohan dan kebobrokan moral, akibatnya hilangnya kesucian ajaran Islam dan runtuhnya aqidah dan moral dari hati para mahasiswa,

Kalau aqidah, syari'ah tidak menjadi cor utama dalam pendidikan, moral tidak diperhitungkan dalam penilaian, maka orientasi hidup, hanya terbatas pada keberhasilan duniawi, sebagaimana disindir Allah :

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (6) يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (7)

janji Allah Dia tidak menyalahi janjinya akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [tidak berilmu] mereka mengetahui luarnya kehidupan dunia sedang mereka lalai dari akherat. (Ar-Rum ayat : 6-7).

Kalau sudah demikian maka akan menghalalkan segala cara dan sampai pada kerusakan yang dahsyat. Allah berfirman :

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا (16)

Dan jika Kami menghendaki untuk menghancurkan suatu negeri Kami perintahkan orang orang elit mereka, maka mereka berbuat fasiq, lantas tetaplah atas mereka ketetapan adzab dan Kami hancurkan mereka dengan sebenar benarnya kehancuran

Kehancuran sudah sangat jelas di depan mata, perdagangan manusia tanpa beban dosa, perdagangan narkoba dengan jumlah fantatis, budaya permisif di kalangan para penguasa, dan remaja, kondisi menuntut secara cepat adanya perubahan mendasar tentang falsafah pendidikan Indonesia yang harus mengarah kepada falsafah pendidikan pencipta manusia, Dia lah yang menciptakan manusia maka Dialah yang mengetahui apa yang baik untuk manusia.

3 komentar:

azfaAZ mengatakan...

postingan yang bagus...:)

me and my heart mengatakan...

thank you so much but...
saya masih ingat ketika guru saya berkata ketika seseorang memuji orang lain dia akan mengorok leher orang tersebut hingga terbang jauh ke angkasa.

Unknown mengatakan...

maju terus dalam da'wah dik,... salam dari jauh ... (zahratulhaditsah@gmail.com)